Qodarullah, di proses kehamilan anak ke-3 ini, di usia kehamilan 35 minggu, istri harus dibawa ke rumah sakit dini hari, Selasa 27 Maret 2018, sekitar pukul 00.30 WIB.
Sekitar pukul 23.00, sebenarnya istri sudah mencoba membangunkan saya untuk melihat kondisi nya, dimana keluar cairan bening dan encer tapi tidak berbau, dari jalan lahir adik bayi.
Saat dibangunkan oleh istri, saya langsung ngeh, kalau ini bukan kondisi normal. Karena pengalaman selama kehamilan anak pertama dan kedua, tidak pernah memgalami hal seperti ini.
Terlebih, istri sudah mengalami pegal-pegal di pinggang sebelah kiri, mirip seperti ciri-ciri kontraksi. Lah, masa sudah kontraksi? Kan baru 35 minggu kehamilan.
Wes, daripada ruwet bin gak jelas bin bingung, jam 00.30 WIB, istri langsung dibawa ke RS Hermina Grand Wisata.
Bagian informasi yang stand by pun dengan sigap, tanpa komando, tanpa saya harus mendaftar dulu, langsung telpon ke IGD untuk diambilkan kursi roda.
Setelah chit chat sebentar, kursi roda sudah datang, dan istri pun langsung dibawa ke ruang bersalin di lantai 2.
Dan sesampainya di ruang bersalin, dan dilakukan pengecheckan, akhirnya dipastikan kalau kantung ketuban istri memang sudah bocor.
Suster dan bidan ruang bersalin pun memeriksa dengan lebih teliti lagi dan akhirnya menyimpulkan bahwa kondisi ketuban istri masih sangat bagus dan tidak ada infeksi.
Yang jadi masalah adalah kondisi kehamilan yang masih jalan 35 minggu.
Kondisi adik bayi masih sangat rentan dan beberapa organ tubuhnya belum sempurna semuanya, terutama paru-paru nya.
Akhirnya diberikanlah obat penguat paru-paru 1x24jam, dengan target minimal 2x pemberian.
So… Target yang sudah ditetapkan adalah, adik bayi harus bertahan di kandungan sampai 24 jam kedepan, untuk diberikan obat penguat paru-paru yang ke-2.
Obat pengurang kontraksi pun diberikan untuk meminimalisir kontraksi yang terjadi.
Tapi, apakah dengan segala tindakan itu bisa menahan atau bahkan menutup kembali kantung ketuban yang sudah bocor?
Tentunya tidak. Kantung ketuban yang sudah bocor, tetap akan bocor. Semua tindakan itu hanya untuk meminimalisir air ketuban yang keluar.
Mood dari bunda juga sangat berpengaruh terhadap proses menjaga agar air ketuban tidak bertambah deras keluarnya.
Memang semua tindakan itu hanya bertujuan untuk menambah waktu adik bayi untuk berkembang meski pun hanya untuk satu hari ke depan, yang tentunya dibantu dengan obat yang diberikan serta doa yang mengalir untuk kesehatan adik bayi.
Alhamdulillah, setelah melewati fase deg-deg an dan was-was serta siaga penuh untuk menjaga mood, dari pukul 01.00 – 18.30 WIB, datanglah kepastian dari dokter SpOG, bahwa air ketuban yang tersisa masih cukup untuk bertahan sampai besok, Rabu 28 Maret 2018, pagi hari.
Alhamdulillah target untuk pemberian obat penguat paru-paru yang ke-2 pun bisa diberikan di pukul 00.50 WIB, di tanggal 28 Maret 2018.
Hal ini membuat istri semakin terjsga mood nya, dan mulai berseri-seri wajahnya. Kunjungan singkat dari anak-anak pun semakin menambah mood istri.
Demikian pun dengan anak-anak, setelah saya jemput dan ijin ke suster jaga ruangan, yang meskipun hanya diperbolehkan bertemu dengan bunda-nya sekitar 10 menit saja, dan harus pula tidur di rumah tetangga, karena tidak ada siapapun orang di rumah, sedang saya stand by di RS, tetap merasa senang dan tidak sabar ingin segera melihat calon adik-nya.
Semoga, ke depan-nya, keluarga kecil ini terus bertambah bahagia, dan semua anggota keluarga semakin bermanfaat untuk agama, lingkungan dan bangsa-nya.